Tanggal 15 Agustus kalender liturgi biasanya merayakan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Tahun 2025 perayaannya dimajukan pada Minggu 10 Agustus. Bagi Keuskupan Agung Jakarta, tangal 15 Agustus seakan keramat. 15 Agustus 1970, Leo Soekoto SJ ditahbiskan sebagai Uskup KAJ oleh Mgr Yustinus Kardinal Darmoyuwono. Setelah peralihan tahun ajaran ke bulan Juli (tahun 1979), tahbisan imam (praja) KAJ dilaksanakan setiap tahun pada 15 Agustus bertepatan dengan hari raya tersebut di gereja Katedral Jakarta yang juga mempunyai nama pelindung yang sama. Kecuali ada pertimbangan lain terkait waktu dan tempat oleh neomis (calon imam yang akan ditahbiskan), peristiwa sakramental itu bisa dialihkan.
Ngapelin Maria
Dalam penghayatan iman pribadi saya, nama Maria sebagai Bunda Yesus, mengagumkan, termasuk fantasi ketika remaja. Cantik, hidung mancung, kulit bersih, suci, keibuan. Pokoknya..gitulah, perfecto! Bila kelak punya isteri, figur Maria menjadi acuan ideal..hehe.. Berhubungan dengan Maria? Oh.. itu ibarat apel rutin. Nyimpan fotonya? So pasti.
Ngapelin Maria, berdoa bersamanya seraya memandang gambar dan patung Maria, apalagi sambil menghitung manik-manik rosario sudah menjadi kebiasaan dalam hening batin. Kusimpan Maria dalam hati ini. Kalimat ini pernah menjadi judul puisi dalam catatan harian ketika remaja. Duduk diam bersama Maria dan memohon bantuannya untuk keresahan dan kendala hidup, adalah kenyamanan tersendiri. Setiap umat Katolik dugaan saya punya relasi yang khas dengan Bunda Yesus ini. Bahkan para Paus, sebut saja Yohanes Paulus II dan Fransiskus adalah dua teladan penguat keyakinan bahwa berdoa Rosario setiap hari akan menumbuhkuatkan kedekatan kepada Sang Kristus.
Theotokos
Ibarat masa pacaran, bila mau dekati anak yang kita taksir, baik bila ‘pdkt’ ibunya. Seperti itu, bila kita berharap kian ‘sempurna’ mengimani Yesus. Seperti kisah di Kana, kita perlukan Bunda Maria untuk meminta mukjizat Puteranya. Karena Maria adalah theotokos, penyalur rahmat keilahian melalui inkarnasi Allah menjadi manusia dalam Diri Yesus. Sebagai ibu, Maria juga menemani Yesus di masa pertumbuhanNya, mengikuti sebagai murid Sang Rabi saat mengajar dan bermukjizat, mendampingi saat didera dan disalibkan, serta hadir bersama 12 Rasul saat Pentakosta. Maria adalah coredemptrix, Partner Sang Penebus. Semua itu tak diragukan, karena tertulis sebagai bukti sejarah dalam Injil dan Kisah Para Rasul.
Sejak annunciation, saat malaikat Gabriel mengunjunginya membawa kabar sukacita, Maria menanggapi proposal dari Allah itu, “fiat mihi secundum verbum tuum”, jadilah padaku menurut perkataanmu, (Luk 1:26-38). Apakah benar seperti peristiwa rosarioa, Maria menerima kabar itu dengan gembira? Dugaan saya, remaja desa Nazareth ini dicekam ketakutan. Namun, karena batinnya telah disiapkan Allah, ringkas kisah peristiwa itu menjadi sukacita. “Fiat” bermakna imperatif, ‘terjadilah’ dalam kepasrahan akan Kehendak Allah.
Karena rahimnya menjadi saluran penyatuan arus Ilahi ke dalam dunia insani (dikandung oleh Roh Kudus), pastilah Maria telah disiap-rencanakan Allah sebelum ia sendiri lahir. Ia dikhusus-kuduskan, disteril-murnikan. Immaculatae conceptio (dogma Gereja, th 1854) memaknai Maria sebagai yang dikandung tanpa dosa dan sekaligus tetap perawan, walau ia bertunangan dengan Jusuf. Siapa Maria menjadi cerita panjang umat Gereja Perdana hingga abad ke-4. Konsili Nicea (th 431) menyebutnya sebagai Kristotokos, pembawa Kristus ke dalam kehidupan.
Assumptio
Pribadi dan peran Maria yang khusus bergulir sebagai ‘iman’ tersendiri dalam kisah bisik-bisik hingga diskusi para Bapa Gereja. Allah tak mungkin membuang wadah yang telah menghadirkan PuteraNya demi rencana KeselamatanNya. Tak mungkin pula dibiarkan membusuk dalam bumi. Fantasi saya ‘mengimankan’ bahwa tubuh Maria layak disurgawikan, diangkat menyatu dengan puteraNya yang telah bangkit dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.
Di mana makam Bunda Maria ? Tradisi Gereja Timur memonumenkan Gereja Makam Kudus Santa Maria di Lembah Kidron, Bukit Zaitun, Yerusalem. Mereka merayakan pesta dormition atau tertidurnya Bunda Maria pada tanggal 15 Agustus. Yang pasti, kitab suci tidak pernah bertutur tentang akhir hidupnya. Tradisi lisan mengatakan bahwa 15 tahun setelah Kenaikan Yesus ke Surga, Maria ibuNya wafat. Kematiannya disaksikan para Rasul. Konon, kelak para Rasul membuka makam tersebut, ternyata kosong. Sehingga mereka berkeyakinan bahwa beliau telah diangkat secara jasmani dan rohani ke Surga.
Dalam teologi Katolik, dogma Maria Diangkat ke Surga (Assumptio Beatae Mariae Virginis) atau sering dikenal sebagai Ascencition Day menyatakan bahwa Bunda Maria, pada akhir hidupnya di dunia, diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Dogma ini secara resmi dideklarasikan oleh Paus Pius XII pada 1 November 1950 melalui konstitusi apostolik Munificentissimus Deus.
Kembali ke tanggal keramat 15 Agustus. Pesta tahbisan imamat pada hari raya diangkatnya Bunda Maria tentunya bukan tanpa alasan. Para tertahbis dalam upacara sakramental itu secara khusus juga dikuduskan, diangkat dan dipilih menjadi ‘partner’ pelayan Kristus bagi GerejaNya. Tidak saja keteladanan Bunda Maria yang setia, tetapi terus-menerus berelasi dengan Sang Penebus adalah rahmat istimewa seorang imam. (*)
Penulis: Louis Djangun, Komunitas Pewartaan Kabar-Baik