Artikel

Kalender Liturgi, Aje Gile!

Judul ini adalah ungkapan spontan saya 40an tahun silam kala pertama kali ‘menemukan’ kalender liturgi di Sakristi sebuah gereja. Seakan menemukan harta karun, saya membuka-buka buku tipis itu dan ternganga : GILA nih… siapa yang nyusun ya?

Oleh: Louis Djangun

Kalendarium liturgi disusun dalam otoritas kuria Romana guna menertibkan tata liturgi katolik yang kacau sekitar reformasi yang melahirkan protestantisme mulai tahun 1517 yang berprinsip sola fide, sola gratia, sola scriptura. Keselamatan hanya oleh iman, rahmat dan kitab suci. Gerakan reformasi kemudian memanfaatkan pencetakan injil yang sudah dimulai oleh Johannes Guttenberg tahun 1456 untuk dibagikan kepada jemaat yang mendukung reformasi.  

Itulah alasan dasar mengapa kalendarium liturgi disusun agar umat katolik yang ‘sudah kalah set’ dibandingkan jemaat reformis mulai dibiasakan mendengarkan pewartaan injil via ekaristi setiap hari. Karena juga pada masa itu, hanya klerus yang boleh membacanya. Kini, umat juga sudah membacanya. Tafsir? Itu urusan magisterium, ajaran resmi Gereja.

Kerennya Kalender Liturgi

Bila tak putus mengikuti ekaristi setiap hari, maka selama 3 tahun akan khatam seluruh PL & PB. Sistematikanya terstruktur dalam 2 klasifikasi Tahun A, B, C serta Tahun I & II. Bila tahun masehi habis dibagi 3 dan sisa satu itu berarti Tahun A dengan bacaan injil Matius. Bila dibagi 3 sisa dua, itu Tahun B, bacaan injil Markus. Dan bila habis dibagi 3 disebut Tahun C. Lho, kapan injil Yohanes dibacakan? Pada masa Advent dan Paskah serta beberapa perikopnya di tahun B. Keren banget kan? Tambah keren lagi ada peringatan peringatan orang kudus atau juga pesta dan hari raya yang pilihan bacaannya bisa tepat dengan spiritualitas hari yang dirayakan.

Masalahnya, apakah kita rajin, sempat dan ‘mau’ menghadiri ekaristi setiap hari? Para Pastor tentu saja wajib, karena mereka harus mempersembahkan korban setiap hari. Anda dan saya? Kita punya Kitab Suci di rumah bukan? Dibaca? Hmmm… ‘mana sempat’?  Tak mesti sih membacanya sesuai yang tertulis dalam kalender liturgi. Mau dibaca sebagai novel juga boleh sejak kisah penciptaan di awal Perjanjian Lama hingga kitab Wahyu yang mengakhiri Perjanjian Baru. Atau, sebukanya kitab suci di tangan, silakan saja. Berulang-ulang pada kisah-kisah favoritmu, nggak salah juga. Tuhan punya cara untuk kita temukan dalam kisah-kisahNya.

Baca Kitab Suci, Doa Tiap Hari...

Dengan segala keterbatasan yang ada, tentunya boleh bersyukur bahwa kini kita dimudahkan dengan adanya media sosial. Bila kita mengikuti WAG teman-teman seiman, saya yakin bahwa setiap kita ‘dikirimi’ renungan harian. Banyak pastor, juga umat lainnya, rajin membuat renungan berdasar bacaan harian via WA, Tiktok, Youtube, Instagram, dan lainnya. Ini pun adalah cara masa kini melalui berbagai orang dan teknologi Allah tetap berbicara kepada setiap kita, setiap hari agar iman tumbuh. Masih ingat kan lagu “Baca kitab suci, doa tiap hari kalau mau tumbuh….”

Yuuk, Gabung Aja Balik!

Mestinya artikel kecil ini tuntas sudah. Tapi, kisah ini sayang bila tidak diceritakan. Teman saya, seorang pemimpin ibadat gereja lain memuji dan ternyata menggunakan juga kalender liturgi katolik. Alasannya praktis: daripada saya mesti cari-cari bacaan untuk ibadat hari Minggu, toh sudah ada kalender liturgi katolik itu. Saya gunakan saja. Karena pernah saya kotbahkan sebuah perikop injil, setelah ibadat ada jemaat yang ingatkan bahwa bacaan itu sudah saya sampaikan dua minggu lalu, ha ha…. Dalam hati sih saya berdoa timbang ambil sepotong-sepotong begitu seperti kalendarium, kasula dan tata cara hari raya katolik, kenapa nggak gabung aja lagi, hehe.... Ssst!

You may also like...

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.