Paus Fransiskus wafat pada Senin, 21 April 2025. Seperti Yesus Kristus, ia ‘dipietakan’ ke pangkuan Bunda Kristus yang amat sangat menjadi kekuatannya sebagai Bapa Suci sejak 19 Maret 2013 hingga 21 April 2025. Makamnya pun pada 26 April 2025 dipesannya sendiri di papal basilica St Maria Maggiore, keheningan favoritnya kala rindu berjumpa Sang Bunda.
Sejak ia membuka porta sancta di Basilika Santo Petrus pada 24 Desember 2024, Umat Katolik sejagad diwariskan spiritualitas ‘pintu terbuka’, diajak membuka pintu hati untuk memohon kerahiman Allah di pintu-pintu gereja, di bilik-bilik pengakuan dosa, dan mengunjungi pintu-pintu sesama. Keteladanan mencuci-kaki mereka yang lemah, kecil, miskin, terpinggirkan dan terpenjara kejahatan oleh Paus Fransiskus di setiap upacara Kamis Putih mendongakkan perlunya semangat melayani sebagai pemimpin, kerendahan hati sebagai pejabat, kepedulian sebagai penguasa.
Gerakan Alas Kaki Tubuh Mistik
Romo Rochadi Widagdo Pr, dalam Misa Requiem yang diadakan Komunitas Gerakan KABAR-BAIK dan DPH Paroki Cilangkap di hari wafatnya Paus Fransiskus mengaitkan peristiwa duka ini dengan ‘habis gelap, terbitlah terang’ yang menjadi ikon perjuangan RA Kartini. Jorge Mario Bergoglio tak sebanding Yesus Kristus. Demikian Kartini tak sebanding dengan Bunda Maria. Itu pasti ! Namun, apa yang perlu kita ‘sambung-rasakan dalam iman’ akan peristiwa wafatnya Paus Fransiskus dengan harapan akan kelanjutan nilai-nilai universal kekatolikan, termasuk di Nusantara kita ?
Mati identik dengan tutup mata, gelap. Namun, bagi iman katolik, kematian bukan turun ke kekelaman, tetapi ‘jalan keselamatan’ menuju ‘terang’ Kebangkitan bersama Kristus (bdk Yoh 3:19); Hidup harus harus maju dan terus berlanjut. Demikan pula Tubuh Mistik Kristus harus terus tumbuh-bergerak. Kelincahan Gereja Katolik hanya mungkin bila komunitas umat basis di Keluarga, Lingkungan, Komunitas-komunitas Doa, Gerakan perwujudan iman dalam cara apapun hidup dan dihidupi Roh Kristus yang dijanjikan menyertai hingga kini (bdk. Yoh 14:16-17). Harapan doa saat ini adalah Roh Kudus Allah memberikan lagi Bapa Suci pelanjut gerak Gereja.
Terbenam dalam keindahan tanah ini, tempat pertemuan dan dialog antar budaya dan agama yang berbeda, saya mendoakan agar masyarakat Indonesia semakin bertumbuh dalam iman, persaudaraan dan kasih-sayang. Semoga Tuhan memberkati Indonesia
Pesan di atas adalah tulisan tangan Paus Fransiskus di ‘buku tamu’ istana negara pada hari perdananhya di Indonesia, 3 September 2024. Pesan itu adalah juga warisan bagi kekatolikan dan keindonesiaa kita. Maka, menjadi tanggung jawab segenap orang beriman dalam nilai rasa persatuan dan kesatuan negeri ini senantiasa mengharapkan ‘satu nusa, satu bangsa, satu bahasa’ yang langgeng di Nusantara.
Karena itu, Ibadat Yubileum Lintas Suku dan Komunitas se-Nusantara setiap Minggu jam 19.00 – 21.30 sejak bulan Mei hingga Oktober 2025, adalah wujud KABAR-BAIK yang hendak ditularkan agar negeri ini ‘tetap elok, aman dan makmur, dan nyiur tetap melambai’.
Penulis: Louis Djangun