Artikel

Ternyata, “Taruhan” Paus Bukan Barang Baru!

Meskipun pemilihan Paus adalah proses spiritual dan sakral, sejarah mencatat bahwa spekulasi mengenai kandidat potensial bukanlah fenomena modern. Bahkan sejak berabad-abad lalu, ketika konklaf masih dipengaruhi oleh intrik politik dan kekuasaan duniawi, berbagai pihak telah mencoba “menebak”, bahkan “mempengaruhi” hasil pemilihan.

Di masa lalu, faksi-faksi kuat di dalam Gereja dan kekuatan politik di luar sering kali memiliki kandidat favorit mereka. Lobi-lobi intens, aliansi strategis, sampai janji-janji tertentu bisa mewarnai suasana menjelang dan selama konklaf. Meskipun tidak dalam bentuk taruhan uang, “perjudian” dalam artian memperkirakan dan mendukung kandidat tertentu sudah menjadi bagian dari sejarah panjang pemilihan Paus.

Koran-koran dan gosip-gosip di Roma pada masa lalu sering kali dipenuhi dengan spekulasi mengenai siapa saja kardinal yang memiliki peluang besar. Para duta besar dari negara-negara Katolik pun tak jarang mengirimkan laporan kepada pemerintah mereka mengenai perkembangan terkini dan perkiraan hasil konklaf.

Meskipun Gereja modern sangat menekankan kerahasiaan dan kesakralan konklaf untuk menghindari pengaruh duniawi, tradisi spekulasi dan perkiraan mengenai “Paus selanjutnya” tetap berlanjut hingga hari ini, terutama di media dan kalangan pengamat Gereja. Namun, penting untuk diingat, hasil konklaf pada akhirnya adalah kehendak Roh Kudus melalui pilihan hati para kardinal.

Siapa Saja yang Berpotensi Menjadi Penerus Petrus?

Sejumlah nama sempat mencuat sebagai kandidat potensial yang dinilai mampu melanjutkan atau bahkan merevisi arah Gereja yang selama ini ditempuh Paus Fransiskus. Kendati demikian, tak ada satu pun nama yang benar-benar pasti hingga asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina.

Beberapa nama yang sering disebut dalam perbincangan dan analisis media saat ini antara lain:

  • Kardinal Pietro Parolin (Italia): Sebagai Sekretaris Negara Vatikan saat ini, beliau memiliki pengalaman luas dalam diplomasi dan pemerintahan Gereja. Banyak yang melihatnya sebagai sosok moderat yang bisa melanjutkan arah kebijakan Paus Fransiskus.
  • Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina): Dikenal dengan julukan “Fransiskus dari Asia,” beliau memiliki gaya kepemimpinan yang dekat dengan umat dan perhatian pada isu-isu sosial. Jika terpilih, beliau akan menjadi Paus pertama yang berasal dari Asia.
  • Kardinal Peter Turkson (Ghana): Sebagai mantan Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, beliau vokal dalam isu-isu keadilan sosial, perubahan iklim, dan hak-hak kaum tertindas. Beliau berpotensi menjadi Paus berkulit hitam pertama dalam sejarah modern.
  • Kardinal Péter Erdő (Hungaria): Dianggap sebagai tokoh konservatif yang memiliki pemahaman mendalam tentang hukum kanon. Beliau dihormati di kalangan Kuria Roma dan gereja Eropa Tengah.

Penulis: Imelda Suryaningsih, Foto: kompas.com – AFP/GABRIEL BOUYS

You may also like...

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.