Penulis: Dharmawati (Kabar-Baik.id)
Paus Fransiskus bukan satu-satunya paus yang pernah mendapatkan penghargaan dari Esquire. Paus Benediktus XVI ternyata juga pernah dianugerahi gelar “Pemakai Aksesori Terbaik” tahun 2007 dari majalah yang sama karena sepatu merah yang dikenakannya.
Bagi yang tidak tahu mungkin Paus Benediktus XVI terkesan flamboyan dengan sepatu merahnya, padahal itu bukan buat gaya-gayaan. Paus Benediktus XVI terkenal sebagai sosok yang sangat memegang teguh tradisi Gereja, dan tradisi Gereja Katolik sangat sarat dengan simbolisme, termasuk dalam soal berpakaian.
Tradisi sepatu merah paus sudah berjalan selama ratusan tahun. Sejarah sepatu merah itu sendiri bisa ditelusuri sejauh era Kerajaan Romawi. Pada zaman itu, warna merah masih sulit didapatkan, hanya orang-orang kaya dan berkedudukan sosial tinggi yang bisa mendapatkan dan mengenakan warna tersebut.
Di dalam Gereja Katolik, warna merah yang dipilih untuk sepatu paus melambangkan darah para martir (perlambang kesediaan untuk mati demi iman) dan Kisah Sengsara Kristus. Dengan kata lain, sepatu merah itu menandai kesediaan paus untuk mengikuti jejak dan teladan Kristus. Sepatu merah merupakan simbol kepemimpinan dan hamba, kesediaan untuk memimpin dan melayani.
Paus terdahulu memiliki sepatu ini dalam versi musim panas dan musim dingin. Biasanya dibuat dari bahan kulit, beledu, atau sutra, yang secara tradisional dihiasi dengan salib emas. Tetapi Paus era modern hanya mengenakan sepatu kulit. Berbeda dengan pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II, yang memilih warna merah anggur untuk sepatunya, Paus Benediktus XVI memakai sepatu merah manyala, yang tampak kontras ketika dipadukan dengan jubah putihnya.
Banyak gosip yang mengatakan Paus memakai sepatu Prada, merek bergengsi di dunia fesyen. Belakangan baru terungkap bahwa sepatu Paus dibuat oleh dua pembuat sepatu dari Italia: Adriano Stefanelli dan Antonio Arellano.
Ketika mundur pada tahun 2013, Paus Benediktus XVI tidak membawa sepatu merahnya, dan mengenakan sepatu kulit cokelat favoritnya yang dibuat di Léon, Mexico.
diolah dari berbagai sumber
Foto: www.telegraph.co.uk