Di bulan Maria ini, Sahabat Kabar Baik, Maria Fransiska Merinda, berbagi kisahnya berziarah ke salah satu lokasi penampakan Bunda Maria yang tidak terlalu populer namun layak dijajaki. Mungkin ini bisa dimasukkan dalam daftar ziarah Anda tahun depan?
Di Mana La Salette?
Pelosok, itu kesan saya pertama kalinya saat dengar kata La Salette-Fallafaux, atau biasa disebut La Salette. Beberapa kali datang ke Prancis, saya belum berani untuk berziarah mandiri ke La Salette. Kenapa takut? Ikut tur saja! Begitu saran orang-orang. Padahal tak banyak paket tur yang menawarkan ziarah ke La Salette, tak seperti ke Lourdes dan Fatima yang jauh lebih banyak penawarannya. Selain itu, buat saya paket tur ke La Salette tak cocok dengan bujet traveling saya.
Berada di sebelah tenggara Prancis, La Salette merupakan daerah administratif di departemen Isere, daerah landlocked yang tak memiliki lautan di wilayah Auvergne-Rhone-Alpes, atau biasa disebut wilayah French Alpes, di prefektur Grenoble. Ketinggiannya sekitar 2402 meter dari permukaan laut. Untuk mengakses La Salette dianjurkan ke Grenoble dulu, lalu lanjut ke Gap atau Corps, baru lanjut lagi ke La Salette.
Memberanikan Diri ke La Salette
Saat menjelang musim gugur di Eropa bulan lalu, saya coba memberanikan diri ke La Salette. Tentunya saya mencari informasi terlebih dahulu untuk mencapai La Salette. Informasi untuk lanjut ke La Salette dari Corps atau Gap simpang-siur. Ada yang bilang hitchiking saja, atau nebeng mobil orang asing yang lagi lewat. Walaupun nebeng orang asing, katanya sih cara ini aman, karena yang mau ke La Salette kebanyakan orang-orang yang mau ziarah, tak mungkin berbuat macam-macam. Ada yang menyarankan naik taksi Du Valgo. Nah loh, mana yang benar nih?
Sepertinya kalau kebanyakan mikir dan terus ragu-ragu saya tak akan pernah ke La Salette. Akhirnya saya putuskan untuk berangkat saja. Paling apesnya saya cuma ngetem di kota kecil Corps karena sulitnya angkutan ke La Salette. Lalu dengan tekad baja, saya memesan penginapan di Corps satu malam saja, karena memang tujuan saya hanya ke La Salette.
Pada hari H, saya tiba di kota Corps yang sunyi sekitar jam sepuluh pagi dan belum bisa check-in hotel. Resepsionis hotel belum buka. Lalu kami taruh koper di teras supaya tak geret-geret koper ke La Salette. Still yakin pasti koper aman tak akan ada yang mengambil.
Selanjutnya, cari cara mencapai La Salette. Setelah celingak-celinguk di sekitar Corps, tak terlihat ada taksi yang stand by. Wah, masa menyetop kendaraan orang tak dikenal? Sepertinya tak akan ada yang mau stop. Tak jauh di seberang halte bus, ada toko onderdil. Saya coba datangi toko tersebut untuk cari pertolongan. Lalu si Ibu menganjurkan untuk naik minivan yang bisa ditelponnya saat itu juga. Saat itu pilihannya cuma naik minivan atau batal pergi. Mumpung sudah di Corps, akhirnya saya pilih naik minivan ke La Salette.
Perjalanan ke La Salette dengan minivan cukup menantang. Medannya terjal, curam, menanjak dan berliku-liku dengan pemandangan gunung dan bukit yang indah. Namun kabut sepertinya cepat turun di La Salette dan sekitarnya. Menjelang siang nuansa putih dan kelabu mulai menyelimuti La Salette.
Penampakan Bunda Maria di La Salette
Kisah penampakan Bunda Maria di La Salette memang tidak setenar di Lourdes, daerah Pyrenees. Bila di beberapa kisah penampakan Bunda Maria terkesan tenang dan tak banyak memperlihatkan emosi, kali ini di La Salette Bunda Maria digambarkan sedang duduk di atas batu sambil menangis.
Bunda Maria menampakkan dukacita karena banyak umat meninggalkan gereja. Waktu itu tahun 1789 terjadi kekacauan politik akibat revolusi Prancis. Banyak upaya yang dilakukan petinggi negara untuk menghapus hari Minggu sebagai hari istirahat. Orang-orang tidak lagi pergi ke gereja. Gereja sepi pengunjung.
Bunda Maria menampakkan diri di La Salette pertama kali tanggal 19 September 1846 kepada dua orang gembala, yaitu Maximin Giraud dan Melanie Calvat. Pesan Bunda Maria kepada kedua gembala tadi agar masyarakat Prancis dan penduduk La Salette segera bertobat, mau beribadah dan berdoa. Kalau tidak sempat berdoa panjang lebar, Bunda Maria berpesan agar bedoa Bapa Kami dan Salam Maria sekurang-kurangnya satu kali setiap hari. Apabila memungkinkan, berdoalah lebih banyak.
Merenungi Penampakan Bunda
Setelah berita tentang penampakan Bunda Maria tersiar, banyak terjadi mukjizat kesembuhan. Orang mulai bertobat dan kembali ke gereja. Pada tanggal 19 September 1851, uskup setempat resmi mengakui devosi dan doa kepada Bunda Maria di La Salette. Setelah itu, tahun 1904 hari Minggu kembali ditetapkan sebagai hari istirahat dan beribadah.
Tidak mau ke gereja, jarang berdoa, tak menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk beristirahat mungkin kelihatannya sepele dan tak penting. Stress dan depresi akibat kelelahan dianggap biasa di zaman modern ini. Itu cuma isu buat orang cengeng dan pemalas.
Sebagai mahluk hidup, kita bukanlah robot atau mesin produksi yang bisa terus-menerus beroperasi selama dua puluh empat jam. Terkadang dengan alasan mengejar prestasi, tak mau menyia-nyiakan waktu, manusia mendzolimi jiwa raganya sendiri tanpa kenal lelah. Bahkan mungkin kalau bisa juga mengeksploitasi orang lain. Sebagai manusia, Ada saatnya bekerja dan beristirahat. ada fisik yang perlu dipulihkan dari kelelahan dengan cara beristirahat. Ada sisi spiritual yang tak kasat mata, namun seringkali diabaikan. Roh dan jiwa perlu dipelihara pertumbuhannya dengan doa dan beribadah.
Teks dan Foto: Maria Fransiska Merinda (Kontributor)