Motto “Miserando Atque Eligendo” sudah dipegang sejak menjadi Uskup Agung Buenos Aires.
Penulis: Louis Djangun, Kabar-baik.id
Menjadi ‘apa’ seseorang dibentuk melalui pengalaman sejak di dalam rumah, pendidikan dan pergaulan, juga iman yang melandasi spiritualitas pribadinya. Spiritualitas, mudahnya dipahami sebagai “kehidupan Rohani” yang mengandalkan plus mengamalkan daya Roh Allah agar setiap pribadi tumbuh sesuai kehendak Allah, yaitu menjadi secitra denganNya – (Spiritualitas Kristiani, A Heuken SJ, CLC, 2002). Setiap pribadi diciptakanNya dengan kehendak bebas yang turut mewarnai pilihan dan sikap di setiap jalan bercabang kehidupan.Namun melalui RohNya, Allah menghidupkan setiap kita sesuai rencanaNya. Yang perlu disimak adalah mengamati tanda-tandaNya dalam peristiwa hidup yang personal. Demikian tanda yang ditemui Bergoglio muda ketika ‘ujug-ujug masuk gereja dan mengaku dosa pada seorang imam yang sakit leukimia’. Relasi batinnya dengan Allah dalam ruang sempit pengakuan dosa menjadi spirit yang memantapkannya untuk menanggalkan dunia kerja dan juga kisah cinta remajanya.
Miserando Atque Eligendo
Lima hari setelah terpilih sebagai Paus, tepatnya 18 Maret 2013, Paus Fransiskus memutuskan untuk tetap mempertahankan motto “Miserando Atque Eligendo” yang sudah mendasari spiritualitas pastoralnya sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina (1998-2013). Motto ini direfleksikannya dalam bagian homili Santo Beda dalam pesta Santo Matius Penginjil tentang perjumpaan dan panggilan Yesus kepada Matius pemungut cukai menjadi salah satu rasulNya. Vidit ergo lesus publicanum et quia miserando atque eligendo vidit, ait illi ‘sequere me’, ketika Yesus melihat dengan mata belaskasihnya pemungut cukai, memilihnya dan mengatakan ‘ikutlah Aku’ (Matius 9:9).
Pemilihan motto tersebut menjadi bagian dari refleksi mendalam Bergoglio terhadap perjalanan panjang hidup keluarga dan dirinya, dan sangat berpengaruh pada hidup iman pribadinya yang rendah hati dan mudah tersentuh pada orang-orang yang miskin, lemah, kecil, terpinggirkan dan disabilitas. Miserando Atque Eligendo” (Latin) secara harafiah berarti “memandangnya dengan kerahiman dan memilihnya”. Bagi Jorge Mario Bergoglio, keterpilihannya sebagai Paus yang ke 266 adalah karena Allah telah memandang dirinya, memilihnya karena kerahimanNya, karena belaskasihNya.
Karena terlahir sebagai keluarga asal Italia dan lingkungan di Argentina yang bernuansa katolik, pemuda Bergoglio amat mengandalkan misa dan doa-doa pribadinya. Refleksi dirinya berkutat pada kemurahan dan belaskasih Allah yang tetap memperhatikan kelemahannya. Keyakinan akan belas kasih Allah itulah yang antara lain menyentuh dan memanggilnya saat usia 22 tahun masuk ke Pendidikan seminari milik Serikat Yesus.
Pernah menjadi penjaga bar dan OB
Pada 1 Desember 2013 Fransiskus yang baru 9 bulan terpilih sebagai Paus buka-bukaan tentang masa lalunya kepada para biarawan di gereja San Cirillo Alesandrinoa, pinggir kota Roma. Pada 15 Februari 1929 Giovanni Bergoglio dan istrinya Rosa Vassalo membawa serta anak mereka Mario yang kemudian menjadi ayah Paus Fransiskus beremigrasi dari Piedmont Italia dan tiba di pelabuhan Buenos Aires menggunakan kapal ‘Giulio Cesare’.
Mereka melarikan diri dari Italia bersama beberapa keluarga dengan alasan keamanan di masa kerasnya fasisme Benito Mussolini. Paus Fransiskus lahir dengan nama diri Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Flores, sebuah lingkungan sederhana di Buenos Aires sebagai anak tertua dari lima bersaudara dari pasangan Mario José Bergoglio (1908–1959) dan Regina María Sívori (1911–1981).
Masa kecilnya di Flores terbilang sederhana dan biasa. Ayahnya seorang akuntan, sementara ibunya merawat anak-anak di rumah kecil mereka. Sebagai anak tertua, ia merasa turut bertanggungjawab terhadap adik-adiknya. Saat kelas enam SD ia dididik para imam Ordo Salesian Don Bosco yang banyak membentuk anak-anak muda di bidang teknik pertukangan. Kemudian melanjutkan Pendidikan ke sekolah menengah teknik hingga lulus sebagai Sarjana Teknik. Kehidupan yang keras dengan banyak persaingan tidak mudah bagi pemuda Bergoglio mendapatkan pekerjaan. Kerja serabutan, apapun dilakoninya. Konon ia sempat bekerja di bar dan office boy. Beberapa kisah menuturkan bahwa ia bekerja sebagai penjaga, penjual tiket sekaligus tukang pukul dan pembersih lantai sebuah bar di kota Buenos Aires. Setelah berhenti bekerja di bar itu, Bergoglio bekerja sebagai teknisi kimia di sebuah laboratorium makanan, saat kisah-kasihnya dengan rekan kerjanya Esther kian hangat. ***
Disarikan dari berbagai sumber