Membaca adalah cara bersantai yang sehat, demikian menurut Paus Fransiskus.
Penulis: Donna W.
“Sering kali saat kita sedang bosan di tengah liburan, buku yang menarik bisa memberi pengalih perhatian dari pilihan-pilihan lain yang kurang baik,” kata Sri Paus. Paus juga menyatakan bila dalam keadaan lelah, marah, atau kecewa, kita tidak bisa mendapatkan kedamaian dari berdoa, buku yang baik bisa membantu kita menghadapi badai hidup itu sampai kita lebih tenang.
Dalam suratnya yang bertanggal 4 Agustus 2024, “Tentang Peranan Sastra dalam Pembentukan”, Paus berkata pada awalnya dia ingin menujukan surat tentang pentingnya membaca novel dan puisi tersebut bagi para seminaris saja, tapi kemudian memutuskan untuk memperluas pembaca suratnya bagi seluruh umat, karena “membaca sangat penting bagi pembentukan semua pribadi yang terlibat dalam karya pastoral, bahkan seluruh umat Kristiani.”
Membaca membuat kita masuk dalam keheningan, dan mengajari kita untuk mendengarkan suara orang lain. Kita bisa belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain dan kebudayaan lain. Pada zaman ini, membaca memberi kita jeda dari paparan media sosial dan gawai, yang memberi kita berita-berita palsu dan dangkal. Kurangnya membaca novel dan puisi membuat kita miskin secara intelektual dan spiritual, yang berefek negatif bagi hubungan kita dengan diri kita sendiri, dan Tuhan.
Paus Fransiskus menyebutkan beberapa pengarang favoritnya yaitu C.S. Lewis, Marcel Proust, dan Jorge Luis Borges. Akan halnya nama yang disebut terakhir ini, Sri Paus berkesempatan bertemu dengannya pada tahun 1965. Saat itu, Paus masih seorang Jorge Mario Bergoglio, seminaris berusia 28 tahun di Buenos Aires, sementara Borges adalah sastrawan yang mumpuni, bahkan merupakan direktur perpustakaan nasional Argentina.
Tidak ada yang tahu apa yang didiskusikan kedua Jorge itu, tapi peristiwa tersebut ikut memberikan ide bagi Borges untuk menelurkan kumpulan cerpen “Cuentos originales” (“Kisah-kisah Orisinal”, 1965). Setelah ditahbiskan menjadi imam Yesuit, Romo Bergoglio ternyata sempat menjadi guru sastra, dan mengajar sastra Spanyol dan sastra Argentina. Menurut kenangan para siswanya, Romo Bergoglio mereformasi pelajaran sastra di sekolah dengan mengajarkan karya-karya Spanyol kontemporer yang lebih aktual dan sezaman, antara lain puisi Federico Garcia Lorca.
Dalam hal ini, mungkin asyik juga membayangkan Romo Bergoglio seperti Pak Guru John Keating, yang diperankan oleh Robin Williams, dalam film Dead Poets Society. Guru yang membuat para muridnya mencintai sastra dan puisi. Guru yang yakin bahwa hati dan kemanusiaan bisa dikembangkan lewat kisah-kisah bermakna. Inilah keyakinan Paus Fransiskus, bahwa lewat keindahan novel dan puisi, kita bisa menemukan Tuhan.