Sebagai yang terlahir dalam budaya katolik Argentina, iman Jose Mario Bergoglio dihidupi antara lain oleh devosi kepada Nuestra Senora de Lujan (Bunda Kami dari Lujan), yang sudah sejak tahun 1630 dihormati juga di Uruguay dan Paraguay. Sebagaimana devosi kepada Bunda Maria di banyak tempat, mukjizat penyembuhan, ajakan pertobatan dan perdamaian menjadi kisah-kisah peneguh iman umat di kawasan Amerika Latin.
Bagi Bergoglio yang ditahbiskan sebagai imam pada 13 Desember 1969, berdoa dan meneyentuh patung Bunda Maria, khususnya Senora de Lujan adalah suatu keintiman batin. “Menyentuh patung dan merasakan pengalaman yang menyertainya adalah bagian dari doa. Inilah spiritualitas yang mendaging, menyatu dalam pribadi kemanusiaan. Doa dan sentuhan Bunda Maria baik bagi hati, jiwa dan perziarahan hidup”, kata Paus Fransiskus.
Bergoglio pernah merasakan sebagai pastor yang gagal, disingkirkan komunitas, hingga kegetiran panggilan imamatnya. Sebagai Provinsial Serikat Yesus Argentina (1973-1979), ia jadi bahan cemoohan confrater-nya, karena sikap lemah dan kompromis terhadap rezim militer Jorge Videla yang melakukan dirty war terhadap gerilyawan dan kelompok sosialis. “Saat itu, saya berhadapan dengan banyak situasi sulit. Saya harus membuat keputusan cepat tanpa bisa berkonsultasi. Sikap otoriter serta cara mengambil keputusan yang cepat telah menimbulkan masalah serius. Saya dituduh sebagai orang yang ultra konservatif,” ungkapnya.
Maria Menyentuh lewat Yohanes Paulus II
Di saat seperti itu, ketika mengalami kepedihan dan penderitaan, Pastor Bergoglio mengandalkan doa bersama Bunda Maria. “Ya, Rosario Maria yang suci, rantai manis yang menghubungkan kita dengan Allah, ikatan kasih yang menyatukan dengan para malaikat, benteng menara keselamatan untuk melawan serangan neraka, serta pelabuhan aman bagi kapal rusak kehidupan manusia, kami tidak akan pernah meninggalkan dikau!”
Pastor Jose Maria Bergoglio telah memiliki kebiasaan berdoa Rosario. Namun, sentuhan dan teladan Paus Yohanes Paulus II saat berdoa Rosario mentransformasi keyakinannya. “Saya ingat betul, suatu sore di tahun 1985 ketika berdoa Rosario yang dipimpin oleh Bapak Suci Yohanes Paulus II. Ia berada di depan, berlutut. Saya memperhatikannya, dan ikut larut dalam doa bersama Umat lainnya. Saya menikmati sosok Bapak Suci: kesalehannya dan devosinya, sebagai sebuah kesaksian. Dia seorang yang telah telah dipilih untuk memimpin Gereja dan sedang menapaki jalan ke atas, ke Ibunya di surga, jalan yang telah ditempuhnya sejak masa kecilnya. Saya segera menyadari betapa dalamnya makna kata-kata Bunda Maria dari Guadalupe kepada St. Juan Diego, ‘Jangan takut! Bukankah aku ini ibumu!’ Di situlah, saya baru sungguh-sungguh memahami kehadiran Bunda Maria dalam kehidupan Paus. Apa yang saya saksikan itu tidak pernah sekalipun terlupakan. Sejak saat itu, saya mendaraskan 15 misteri Rosario setiap hari,” tambahnya.
Santa Maria Maggiore
Kebiasaan berdoa Rosario Bergoglio terus ditekuninya, juga setelah terpilih sebagai Paus dengan nama gelar Fransiskus pada 13 Maret 2013. Basilika Santa Maria Maggiore yang menyimpan ikon Maria sebagai Salus Populi Romani menjadi terminal favoritnya untuk meluapkan kecintaan ber-rosario bersama Bunda Maria. Bersama Santa Maria Maggiore ia memohon perlindungan untuk perjalanan pastoral ke manca negara. Sekembalinya ke Vatikan, seakan ia ‘melapor’ dan bersyukur kepada Allah bersama Sang Bunda. Dan begitu juga sebelum dan setelah visitasinya tahun 2024 ke Indonesia, PNG, Timor Leste dan Singapura, ia memohon penyembuhan bagi konisi fisiknya yang kian menurun. (disarikan dari “Rosario Bersama Paus Fransiskus”, H Witdarmono, 2017)
Penulis: Louis Djangun