“Yang menentukan siapa yang masuk surga adalah Allah. Tetapi bagaimana hati Allah menyaksikan ayah seperti itu? Hati seorang Bapa. Allah memiliki hati seorang bapa.”
Oleh: Dharmawati
Paus Fransiskus selalu sabar menanggapi pertanyaan anak-anak yang, menurut pengakuannya sendiri, “Selalu mengajukan pertanyaan yang susah-susah.” Dari pertanyaan sesederhana “Apakah Bapa Suci senang berhasil jadi paus?” ke pertanyaan agak susah “Apa yang harus kita doakan ketika kita merasa hidup kita diterpa cobaan berat?” hingga ke yang lebih susah lagi “Apa yang Tuhan lakukan sebelum menciptakan dunia beserta isinya?”—semua dijawab dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak.
Namun, sejauh ini favorit saya adalah tanya-jawab Paus Fransiskus dengan anak laki-laki bernama Emanuele di Roma. Bocah berumur sepuluh tahun ini melangkah ke mik untuk mengajukan pertanyaannya, tapi belum apa-apa tangisnya sudah pecah. Paus lalu mengundangnya untuk naik ke panggung dan membisikkan pertanyaannya langsung kepada Paus.
Emanuele yang menangis tersedu-sedu memeluk Paus dan mereka terlihat berbicara secara pribadi. Paus kemudian bercerita kepada umat (dengan seizin Emanuele) bahwa bocah itu menangisi ayahnya yang meninggal beberapa waktu sebelumnya. Ayahnya adalah ateis, tetapi membaptis keempat anaknya. Dia orang baik. Pertanyaan Emanuele polos sekaligus menohok: “Apakah Papa masuk surga?”
Alih-alih mengutuk keateisan sang ayah, Paus memuji kasih sayang Emanuele kepada papanya dan keberaniannya untuk bertanya sebelum menjawab:
“Yang menentukan siapa yang masuk surga adalah Allah. Tetapi bagaimana hati Allah menyaksikan ayah seperti itu? Hati seorang Bapa. Allah memiliki hati seorang bapa. Lalu ada seorang ayah yang bukan orang percaya, tetapi membaptis anak-anaknya. Apakah menurut kalian Allah akan membiarkan orang baik seperti itu jauh dari-Nya? Apakah Allah meninggalkan anak-anak-Nya? Tidak. Allah pasti bangga pada papamu. Karena lebih mudah bagi orang yang percaya ketimbang orang yang tidak percaya untuk membaptis anak-anaknya. Tentunya Allah sangat menyukai ini. Berbicaralah kepada papamu, berdoalah untuknya.”
Belakangan, ibu Emanuele berkata baru pada momen itulah ia menyadari betapa pentingnya jawaban itu bagi Emanuele. Emanuele berkata ia ingin mendengar sendiri jawaban Bapa Suci karena Bapa Suci tidak mungkin berbohong kepadanya. Setelah mendengar jawaban Paus, Emanuele mengaku merasa jauh lebih bahagia karena sudah mendapatkan kepastian itu. Tentang apa yang dibicarakannya dengan Paus, Emanuele berkata, “Biar aku dan Paus saja yang tahu.”
Diolah dari berbagai sumber
Foto: www.thetablet.co.uk