Artikel

Menilik Tradisi Pemakaman Paus: Dari Novendiale hingga Keinginan Paus Fransiskus

Sejak 14 Februari 2025, Paus Fransiskus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Gemelli, Roma. Pneumonia parah yang menyerang kedua paru-parunya membuat kondisinya kritis, meski stabil. Namun pada akhirnya Paus Fransiskus menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 April 2025, pada usia 88 tahun, di kediamannya, Vatican’s Casa Santa Marta.

Tradisi Pemakaman Paus: Ritual Panjang dan Penuh Simbol

Kematian seorang Paus bukan sekadar peristiwa duka, tetapi juga momen sakral yang diwarnai tradisi dan simbolisme. Gereja Katolik memiliki panduan lengkap dalam konstitusi setebal 30 halaman, Universi Dominici Gregis, dan ritual pemakaman setebal 400 halaman, Ordo Exsequiarum Romani Pontificis. Di dalamnya, tercantum liturgi, musik, dan doa yang akan mengiringi pemakaman Paus.

Menurut aturan, pemakaman harus berlangsung 4-5 hari setelah kematian, diikuti masa berkabung sembilan hari yang disebut Novendiale. Ritualnya pun terbilang rumit. Setelah kematian dikonfirmasi oleh dokter Vatikan dan Camerlengo, jenazah Paus akan dibalsem dan dipakaikan jubah kepausan. Kemudian, jenazah disemayamkan di Basilika Santo Petrus untuk penghormatan publik.

Tradisi unik lainnya adalah penggunaan tiga peti mati untuk menguburkan jenazah Paus. Peti pertama terbuat dari kayu cemara, peti kedua dari timah, dan peti ketiga dari kayu ek. Tradisi ini bertujuan menciptakan segel kedap udara dan memungkinkan benda-benda kenangan ikut dikuburkan. Pemakaman umumnya dilakukan di ruang bawah tanah Basilika Santo Petrus.

Paus Fransiskus Ingin Pemakaman Sederhana

Namun, Paus Fransiskus berulang kali menyatakan keinginannya untuk menyederhanakan ritus pemakaman kepausan. Pada 20 November 2024, Vatikan menerbitkan edisi baru Ordo Exsequiarum Romani Pontificis yang memuat sejumlah perubahan. Salah satunya adalah keinginan Paus Fransiskus untuk dimakamkan secara sederhana, mencerminkan gaya hidupnya yang bersahaja.

Selain itu, kematian seorang Paus juga dikonfirmasi di kapel pribadinya, bukan di kamar tidurnya. Jenazah kemudian ditempatkan di peti mati kayu sederhana, dengan lapisan seng di dalamnya, tidak lagi digunakan tiga peti mati yang terbuat dari kayu cemara, timah, dan kayu pohon ek. Penghormatan terakhir sebelum pemakaman dilakukan dengan jenazah yang sudah berada di dalam peti kayu tersebut, bukan di atas tandu yang ditinggikan. 

Peti jenazah lantas akan dibawa ke Basilika Santo Petrus tanpa melewati Istana Apostolik. Di Basilika, jenazah Paus di letakkan dalam peti mati terbuka, seperti halnya pemakaman uskup, dan tanpa kehadiran tongkat gembala Paus yang berbentuk salib. Peti jenazah ini ditutup sehari sebelum Misa Pemakaman.

Perubahan pedoman pun mencakup soal pemakaman di luar Basilika Santo Petrus, karena Paus Fransiskus telah mengumumkan bahwa beliau ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Pilihan tersebut mencerminkan hubungan spiritual mendalam Paus Fransiskus dengan Santa Maria. Beliau memang kerap mengunjungi basilika tersebut untuk berdoa sebelum dan sesudah kunjungan apostolik ke luar negeri.

Jika rencana tersebut terwujud, Paus Fransiskus akan menjadi paus pertama yang dimakamkan di luar Vatikan, dalam lebih dari satu abad, sejak Paus Leo XIII yang wafat pada 1903 dan dimakamkan di Basilika Santo Yohanes Lateran, Roma. 

Perubahan-perubahan tersebut tentu menjadi perhatian dunia, mengingat tradisi pemakaman Paus yang selama ini dikenal megah dan penuh simbolisme.

Penulis: Imelda S.

Keterangan Foto: 130 Kardinal dan 300 Uskup pada Misa Requiem Paus Emeritus Benediktus XVI (www.vaticannews.va)

You may also like...

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.