Kepergian Paus Fransiskus menandai berakhirnya satu babak dalam perjalanan spiritual Gereja Katolik, sekaligus membuka jalan bagi sebuah tradisi kuno yang penuh dengan ritual sakral dan kerahasiaan untuk memilih penerus Santo Petrus: konklaf.
Sesuai dengan tata cara Gereja, konklaf diselenggarakan di Kapel Sistina, Vatikan, beberapa hari setelah upacara pemakaman Paus. Dalam suasana doa yang khusyuk dan perenungan mendalam, para kardinal pemilih – yaitu mereka yang belum genap berusia 80 tahun saat Takhta Suci dinyatakan kosong – akan berkumpul untuk memilih gembala agung yang baru.
Para Kardinal Pemilih
Saat ini, ada 133 kardinal yang memiliki hak suara dalam konklaf, yang akan dimulai prosesnya pada tanggal 7 Mei 2025. Jumlah ini sedikit lebih banyak dari batas 120 yang biasanya ditetapkan dalam konstitusi apostolik Universi Dominici Gregis. Namun, mendiang Paus Fransiskus telah memberikan dispensasi, sehingga semua kardinal yang telah beliau angkat dan umumkan berhak ikut serta dalam pemilihan ini.
Para kardinal yang punya hak pilih tersebut berasal dari 65 negara dan mayoritas berasal dari Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Perwakilan dari Eropa kini hanya sekitar 39 persen, lebih sedikit dibanding konklaf pada 2013.
Bagaimana Konklaf Berlangsung?
Konklaf merupakan proses tertutup dan sangat rahasia, dipimpin oleh Kolegium Kardinal yang merupakan hierarki tertinggi dalam Gereja Katolik. Konklaf umumnya baru dimulai 15-21 hari setelah wafatnya Paus. Masa jeda ini memberikan waktu yang cukup untuk para kardinal menyelesaikan masa berkabung sembilan hari (novemdiales), dan memungkinkan seluruh kardinal pemilih dari berbagai penjuru dunia tiba di Vatikan.
Menyusul pemakaman Paus, para kardinal akan memasuki masa isolasi total di Kapel Sistina, terputus dari segala kontak dengan dunia luar. Dalam prosesi khidmat, mereka menuju kapel tersebut, serta mengucapkan sumpah untuk menjalankan tugas dengan setia dan menjaga kerahasiaan konklaf. Pintu Kapel Sistina kemudian akan dikunci dari luar, menandakan dimulainya proses pemilihan.
Pada hari pertama konklaf, pemungutan suara tertulis dilakukan sekali pada sore hari. Setiap kardinal menuliskan nama kandidat pilihannya pada selembar kertas yang dilipat. Setelah semua kardinal memberikan suara mereka, tiga kardinal yang dipilih secara acak (disebut scrutineers) akan mengumpulkan dan menghitung setiap lembar suara dengan teliti.
Hasil setiap pemungutan suara akan diumumkan secara lisan. Setelah itu, surat suara akan dibakar, dan asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina akan memberikan petunjuk. Asap hitam menandakan bahwa keputusan belum tercapai, sedangkan asap putih (fumata bianca) menandakan Paus baru telah terpilih.
Jika belum ada kandidat yang memperoleh dua pertiga suara pada pemungutan suara sesi pertama, para kardinal akan kembali melakukan pemungutan suara pada hari berikutnya. Pada hari-hari berikutnya, dua sesi pemungutan suara dilakukan di pagi dan sore hari. Jika dalam tiga hari masih tidak ada keputusan, jeda satu hari akan diberikan untuk berdoa, berdiskusi bebas, serta mendengarkan nasihat spiritual dari Kardinal Proto-Diakon.
Tidak ada batasan waktu untuk lama proses konklaf berlangsung. Sejarah mencatat, konklaf terlama terjadi pada 1268 setelah kematian Paus Klemens IV, yang menyebabkan konklaf berlangsung selama 1.006 hari, hampir tiga tahun. Sementara konklaf tersingkat tercatat pada 1503, ketika Paus Julius II terpilih hanya dalam beberapa jam, setelah aturan menunggu sepuluh hari diberlakukan.
Pada abad modern, konklaf sering berlangsung lebih singkat, seperti pada pemilihan Paus Fransiskus yang memakan lima putaran suara pada 2013, atau Paus Benediktus XVI yang terpilih dalam empat putaran suara pada 2005. Ketika seorang kandidat kardinal berhasil terpilih dalam pemungutan suara, beliau akan ditanya apakah menerima hasil pemilihan tersebut atau tidak.
Jika menerima, beliau akan memilih nama kepausannya. Setelah itu, kardinal diakon senior akan mengumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus: “Habemus Papam” (“Kita punya Paus!”). Sebagai awal pelayanan pastoralnya sebagai pemimpin Gereja Katolik sedunia, Paus yang baru akan memimpin misa pelantikan sebagai awal dari pelayanan pastoralnya.
Penulis: Imelda Suryaningsih, Foto: Dok ABC TV