Artikel

Medali Wasiat Bunda Maria

Saat kesulitan dan dukacita merundung diri kita, kita berseru pada Sang Bunda. Itulah yang dilakukan St. Catherine Laboure yang menerima penampaikan Bunda Maria pada abad ke-19.

oleh Donna W.

Bunda Maria amat mencintai umat-Nya. Kasih ini antara lain ditunjukkan dengan berbagai penampakan Sang Bunda bagi orang-orang terpilih. Prancis – negara yang bergelar Putri Sulung Gereja, beruntung dengan menjadi tempat banyaknya penampakan Bunda Maria. Kita mungkin paling mengenal penampakan Bunda Maria di Lourdes. Namun, ternyata ada beberapa penampakan Bunda Maria lain di Prancis, salah satu di antaranya adalah penampakan di Kapel Biara Putri-Putri Kasih (Daughters of Charity), rue du Bac 140, Paris. Di sana, Sang Bunda menampakkan diri pada Suster Catherine Laboure, yang di kemudian hari mendapat gelar santa.

St. Catherine Laboure

Siapakah St. Catherine Laboure ini? Soal terkenal, suster yang bersahaja ini memang kalah jauh dari St. Bernadette yang sama-sama dari Prancis dan mendapat penampakan Bunda Maria. Padahal St. Bernadette mendapat penampakan Bunda Maria pada tahun 1858, 28 tahun setelah St. Catherine mengalaminya.

St. Catherine lahir di Burgundylame tahun 1806. Saat ia berusia sembilan tahun, ibunya meninggal dunia. Saat sedang menyapu rumah, Catherine memandang lukisan Bunda Maria yang terpajang di dinding, kemudian berkata, “Sekarang Engkaulah ibuku.” Kemudian dia menganggap Bunda Maria sebagai ibunya. Masuk usia remaja, Catherine bergabung dalam ordo Daughters of Charity yang didirikan St. Vincent de Paul. Ia kemudian tinggal di biara di rue du Bac.

Pada tengah malam antara tanggal 18-19 Juli 1830, Catherine berdoa melalui perantaraan St. Vincent de Paul, memohon dapat bertemu Bunda Maria. Tengah malam, ia dibangunkan suara malaikat kecil, “Datanglah ke kapel, Bunda Maria menunggumu.” Di kapel, Catherine berlutut, dan mendengar suara gemeresik kain. Seorang wanita duduk di kursi altar. Bunda Maria lalu memberitahunya bahwa Catherine akan diberi tugas berat.

Tanggal 27 November 1830, setelah meditasi, Catherine kembali mendengar gemeresik kain sutra dalam kapel. Bunda Maria kembali hadir dan berdiri dalam pakaian serbaputih serta kerudung putih mencapai kaki, kakinya berdiri di atas separo bola dunia. Awalnya Bunda Maria memegang bola yang melambangkan dunia, matanya menatap Surga. Lalu Catherine melihat jari-jari Bunda Maria berhiaskan cincin penuh batu mulia yang mengeluarkan cahaya yang semakin melebar ke bawah. Bunda Maria berkata, “Cahaya ini adalah simbol berkat yang akan Kuberikan pada mereka yang memintanya.”

Warisan Medali Wasiat

Dalam penampakan itu, muncul bentuk oval di sekitar Bunda Maria, dengan tulisan: “Bunda Maria yang terkandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepada-Mu.” Kepada Catherine, Bunda Maria berkata, “Buatlah medali seperti ini. Mereka yang mengenakannya akan menerima banyak berkat. Berkat akan melimpah bagi mereka yang mengenakannya dengan penuh kepercayaan.” Kemudian muncul tampilan bagian belakang medali, yaitu huruf M (melambangkan Maria) dengan salib di bagian atasnya. Di bawah huruf tersebut terdapat Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria.

Bulan Desember 1830, Bunda Maria muncul untuk terakhir kalinya pada Catherine. Catherine menceritakan tentang penampakan-penampakan ini pada bapak pengakuannya, Fr. Aladel. Tapi sayangnya Fr. Aladel tidak menganggap peristiwa-peristiwa ini penting. Permintaan Catherine supaya medali tersebut dibuat, diabaikan saja oleh Fr. Aladel. Sampai suatu hari Catherine memberanikan diri untuk berkata, “Bunda Maria marah karena kau tidak mematuhi-Nya.” Fr. Aladel ketakutan, lalu bicara pada Uskup Agung Paris. Ternyata Mgr. de Quélen tidak keberatan sama sekali akan pembuatan medali tersebut, bahkan juga ingin memilikinya.

Tahun 1832, terjadi epidemi kolera di Paris. Para suster Daughters of Charity segera menyebarkan medali tersebut, dan hasilnya segera terlihat. Kesembuhan dan perlindungan menyebar. Penduduk Paris segera menyebut medali itu “Medaille Miraculeuse” atau medali ajaib (di Indonesia dikenal sebagai Medali Wasiat). Orang-orang bertanya-tanya soal asal-muasal Medali Wasiat ini, tetapi Catherine tetap menyembunyikan diri dan melakukan pekerjaan bersahaja bersama orang-orang miskin dan menderita. Saat Catherine meninggal tahun 1876, sudah lebih dari satu biliun medali didistribusikan.

Dogma Maria Terkandung Tanpa Noda Dosa

Medali Wasiat ini memiliki empat ciri khusus. Yang pertama, medali ini sangat spesial karena dirancang sendiri oleh Bunda Maria. Dengan merancangnya, Bunda Maria juga memberitahukan pesan yang ingin disampaikan-Nya melalui medali ini, terutama identitasnya sebagai Yang Terkandung Tanpa Noda Dosa (pada tahun 1830 itu, dogma Maria Terkandung Tanpa Noda Dosa belum disahkan. Dogma ini baru disahkan Paus  Pius XII pada tahun 1954). Ketiga, Bunda Maria memberi instruksi penggunaannya: “Mereka yang mengenakannya dengan penuh kepercayaan.” Dan Bunda Maria juga memberitahukan tujuan medali tersebut yaitu untuk menerima berkat melimpah, mengingatkan kita akan kerahiman Tuhan, serta pentingnya hidup spiritual.

Di antara mereka yang “mengenakannya dengan penuh kepercayaan” terdapat nama-nama suci seperti St. Bernadette, yang mengenakan Medali Wasiat sebelum menerima penampakan Bunda Maria di Lourdes; St. Theresa dari Kanak-Kanak Yesus yang mengenakannya di Carmel; dan St. Maximillian Kolbe yang menjadi martir di kamp konsentrasi Auschwitz.

Catherine Laboure dinyatakan sebagai orang suci oleh Paus Pius XII pada tahun 1947. Saat ini lebih dari dua juta peziarah datang ke 140, rue du Bac setiap tahunnya, menyebarkan kabar berkat Tuhan dan Bunda Maria selalu melimpah bagi kita di dunia.

You may also like...

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.