Paus Fransiskus merupakan pemimpin tertinggi gereja katolik ketiga yang mengunjungi Indonesia, setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Oleh; Wimbo Satwiko
Seperti anak yang mengharapkan kehadiran ayahnya. Itulah salah satu arti penting kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 menurut Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignasius Kardinal Suharyo.
Kardinal mengatakan analogi tersebut menggambarkan harapan umat katolik di Indonesia akan kehadiran pemimpin tertingginya, seperti yang dikatakan saat konferensi pers kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia di Gedung KWI pada Rabu, 28 Agustus 2024.
Hubungan baik antara Vatikan dan Indonesia sudah terjalin sejak lama. Kardinal menyebutkan bahwa Vatikan adalah negara keempat yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Paus Fransiskus sendiri akan menjadi pemimpin tertinggi gereja katolik ketiga yang mengunjungi Indonesia. Sebelumnya, Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada tahun 1970. Kemudian, Paus Yohanes Paulus II datang ke Indonesia pada tahun 1989 dan menyapa umat katolik di Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Dili, dan Medan.
Selain untuk meneguhkan hubungan baik antara Vatikan dan Indonesia, Paus juga ingin meneguhkan perkembangan gereja katolik Indonesia. Karena itu, Kardinal mengatakan motto Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa (Faith, Fraternity, Compassion) adalah usulan dari KWI.
Hidup dalam Harmoni
“Ini adalah cermin dari dinamika kehidupan gereja Indonesia yang berusaha bertumbuh dalam iman. Dan salah satu indikator iman adalah persaudaraan. Kalau orang mengaku dirinya beriman tapi berkelahi terus, imannya diberi tanda tanya besar. Apakah sungguh beriman atau sekadar beragama? Demikian juga jika persaudaraan itu sungguh sejati, maka buahnya adalah bela rasa, compassion,” katanya.
Vatikan juga melihat Indonesia sebagai negara yang relatif bisa hidup dalam harmoni meski penduduknya memiliki ragam etnis, budaya, dan agama. Dengan banyaknya komunitas lintas agama yang tanpa kenal lelah berusaha mendorong dan merawat persaudaraan di Indonesia, Vatikan ingin membuka dialog dengan tokoh-tokoh agama, khususnya agama Islam, di Indonesia. “Secara khusus Vatikan ingin belajar tentang Islam di Indonesia karena mereka memandang Islam di Indonesia berbeda dengan di beberapa negara lain. Karena itu, seringkali jika ada acara di Vatikan, pemimpin agama Islam Indonesia banyak diundang untuk berbicara,” ujar Kardinal lagi.