Artikel

Konklaf dari Masa ke Masa

Pada tanggal 7 Mei 2025, konklaf untuk memilih paus baru dimulai. Konklaf ini akan memilih pengganti Paus Fransiskus.

Setelah Paus Fransiskus wafat pada tanggal 21 April 2025, penggantinya harus segera dicari. Konklaf yang mengumpulkan para kardinal dari seluruh dunia untuk memilih paus baru ini telah ditetapkan untuk dimulai pada 7 Mei 2025. Sementara itu, selama 50 tahun terakhir, Gereja Katolik mengalami 4 konklaf. Pada tahun 1978, terjadi 2 kali konklaf, yang kemudian baru terjadi lagi pada tahun 2005, kemudian 2013. Mari kita kilas balik 4 konklaf terakhir ini.

Konklaf Agustus 1978

Setelah mangkatnya Paus Paulus VI, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Roma untuk mengadakan konklaf pada tanggal 25-26 Agustus 1978. Konklaf ini adalah konklaf pertama yang membatasi usia kardinal pemilih menjadi di bawah 80 tahun. Konklaf ini diikuti oleh 111 kardinal.

Kardinal Albino Luciani, Uskup Agung Venesia terpilih menjadi paus dan memilih nama Yohanes Paulus I. Sebenarnya Kardinal Luciani tidak bersedia dipilih menjadi paus. Namun, setelah pengumpulan suara yang ketiga, para kardinal mulai membujuknya. Salah satunya Kardinal Jaime Sin dari Manila, yang mengatakan, “Kau akan jadi paus yang baru.” Kardinal Luciani terpilih pada pengumpulan suara yang keempat. Saat ditanya apakah bersedia menerima hasil pemilihan ini, Kardinal Luciani berkata, “Semoga Tuhan mengampuni kalian karena apa yang telah kalian lakukan.” Saat Kardinal Sin mengucapkan selamat, sri paus yang baru berkata, “Kau mungkin telah meramalkan (bahwa aku akan jadi paus), tapi masa jabatanku akan singkat saja.”

Konklaf 1978 ini merupakan konklaf pertama sejak tahun 1721, di mana 3 paus duduk sebagai partisipannya. Dalam konklaf ini turut serta Yohanes Paulus I, Yohanes Paulus II, dan Benediktus XVI.

Konklaf Oktober 1978

Tak ada yang menduga bahwa Paus Yohanes Paulus meninggal 33 hari setelah terpilih menjadi paus. Sekali lagi konklaf harus digelar untuk memilih paus penggantinya. Kali ini konklaf diadakan pada tanggal 14-16 Oktober 1978.

Jumlah kardinal yang mengikuti konklaf kedua pada tahun 1978 ini masih tetap sama, 111 kardinal. Kardinal Luciani yang menjadi Paus Yohanes Paulus I memang mengurangi jumlah kardinal menjadi 110. Namun, kedudukannya digantikan Kardinal John Wright yang tidak ikut konklaf pada bulan Agustus, hingga jumlah peserta tetap 111 kardinal.

Proses pemilihan kali ini berjalan lebih ketat, hingga harus diadakan 8 kali pemilihan. Kardinal Siri yang sebenarnya mengumpulkan suara cukup banyak pada konklaf Agustus 1978 menjadi kandidat kuat, sementara itu Kardinal Benelli juga mendapat banyak dukungan. Sebagai jalan tengah, banyak yang mendukung Kardinal Giovanni Colombo, tapi Uskup Milan ini menolak sejak awal. Selanjutnya, Kardinal Franz Konig, Uskup Agung Wina, memajukan Kardinal Karol Wojtyla, sebagai kompromi.

Pada akhirnya, Kardinal Karol Wojtyla, Uskup Agung Krakow Polandia, terpilih sebagai paus. Kardinal Wojtyla menerima hasil pemilihan ini dengan kalimat, “Dengan kepatuhan dalam iman pada Kristus, Tuhanku, dan dengan kepercayaan pada Bunda Kristus dan Gereja, meskipun menghadapi kesulitan yang begitu besar, aku menerima.” Dia memilih nama Yohanes Paulus II. Dialah paus bukan Italia yang pertama sejak Paus Adrianus VI yang bertakhta pada tahun 1523.

Konklaf ini adalah konklaf terakhir pada abad ke-20.

Konklaf 2005

Wafatnya Paus Yohanes Paulus II pada 2 April 2005 diikuti oleh konklaf yang diadakan pada tanggal 18-19 April 2005. Konklaf ini dihadiri oleh 115 kardinal dari seluruh dunia, dan memilih Kardinal Joseph Ratzinger sebagai paus baru. Kardinal Ratzinger memilih nama Benediktus XVI.

Sebelumnya, ketika kesehatan Paus Yohanes Paulus II telah mulai menurun, Kardinal Ratzinger telah disebut-sebut sebagai calon pengganti yang paling kuat, sekiranya Paus meninggal atau terlalu sakit untuk bekerja. Nama lain yang mendapat suara cukup banyak dalam konklaf ini adalah Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Uskup Agung Buenos Aires, Argentina.

Pada konklaf kali ini, diberlakukan tata cara baru, yang dibuat oleh Paus Yohanes Paulus II. Tata cara baru ini amat detail, hingga ke bentuk kertas suaranya. Paus Yohanes Paulus II juga membangun Domus Sanctae Marthae, sebagai penginapan bagi para kardinal yang terlibat konklaf. Sebelumnya, para kardinal menginap dalam lingkungan Kapel Sistina, dengan kondisi seadanya.

Konklaf 2013

Paus Benediktus XVI mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 28 Februari 2013, karena alasan kesehatan. Konklaf diadakan pada tanggal 12-13 Maret 2013.

Uniknya, sebelum konklaf ini digelar, tidak ada calon yang menonjol. Media bertanya-tanya dan berspekulasi. Beberapa nama muncul seperti Kardinal Christoph Schonborn dari Austria, Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, atau Kardinal Marc Ouellet dari Kanada. Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina juga salah satu calon kuat. Namun, paus dari Amerika Latin dianggap kecil kemungkinannya karena tidak punya pendukung. Selain itu, Kardinal Bergoglio dianggap sudah tua (usianya 76 tahun saat itu) dan sebagai pesaing terkuat pada Konklaf 2005, masa kejayaannya dianggap telah lewat.

Ada 117 kardinal yang memenuhi syarat untuk mengikuti konklaf ini, tapi dua orang tidak dapat hadir. Salah satunya Kardinal Julius Darmaatmadja dari Indonesia, yang tidak hadir karena kemunduran penglihatannya.

Pada konklaf ini, sudah ada beberapa kardinal yang memiliki media sosial. (Paus sendiri telah memiliki akun Twitter @Pontifex.) Kardinal Gianfranco Ravasi, dengan kesadaran sendiri, membekukan akun Twitter-nya, pada awal masa konklaf, agar mengikuti peraturan mengenai kerahasiaan. Namun, para kardinal lain tetap mengunggah kegiatan mereka di media sosial, dan bahkan saling mencari informasi dari media sosial masing-masing.

Pada akhirnya, Kardinal Bergoglio terpilih menjadi paus yang baru pada pemilihan yang kelima. Saat ditanya kesediaannya, Kardinal Bergoglio menjawab, “Meskipun aku seorang pendosa, aku menerima.” Dia mengambil nama Fransiskus, untuk menghormati Santo Fransiskus Asisi.

Malam itu, pukul 19.06 waktu Roma, asap putih muncul dari cerobong Kapel Sistina dan lonceng Basilika Santo Petrus berdentang. Kardinal Jean-Louis Tauran muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan, “Habemus Papam! Kita punya paus baru!”

Dan seperti yang tercatat dalam sejarah, Paus Fransiskus muncul di balkon, hanya mengenakan pakaian putih sederhana, tanpa mantel merah kepausan. Dia tersenyum, menyapa, “Saudara-saudari, selamat malam!”

Oleh Donna Widjajanto, Foto: Dok. CNNIndonesia.com

You may also like...

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.